CINTAI AKU DI UJUNG USIAKU....
Hari beranjak malam, langit
diselimuti awan hitam dan hujan pun membasahi dedaunan. “Langit ini semendung
hatiku” ucap Kiki dalam hati. Kiki adalah seorang gadis berumur 25 tahun,
dengan mata sipit, pipi cubby, dan wajah sendu. Kiki seorang karyawati disalah
satu bank swasta di Semarang, masih single dan berobsesi mengadopsi anak
laki-laki untuk menemani hari-harinya yang sendiri. Kiki tinggal disebuah kos
yang tak jauh dari tempatnya bekerja bersama sahabatnya yang baru dikenalnya
sewaktu bekerja di kota itu.
“tut tut tut tut” dering
ponselnya pertanda ada sms masuk. “Assalamualaikum Ki, ada kabar yang kurang
enak, Kiki yang tabah ya” tulisan sms yang masuk dari Maya sahabat karibnya
yang Kiki kenal lewat YM. Kiki pun tersentak kaget dan mulai membalas sms dari
sahabatnya tersebut. Airmata Kiki akhirnya mulai menetes karena sudah tak
sanggup menahan diri di bola-bola mata Kiki yang sempit itu. “Astagfirullah,
tidak mungkin ya Allah” jerit Kiki seolah tak percaya dengan apa yang
didengarnya.
Dengan terhuyung-huyung dan
perasaan tak menentu Kiki menghampiri reseptionis disalah satu Rumah Sakit di
kota Madiun. “Maaf sus, apa disini ada pasien yang bernama Ivan?” tanya Kiki.
Suster mulai mencari nama dibuku pasien, “Ada mbak,di kamar nomor 5 ruang
Teratai” jawab sang suster. Sekali lagi Kiki tak percaya, tapi akhirnya suster
meyakinkannya. “Pasien itu menderita ginjal, ada kerusakan disana dimana sudah
tak berfungsi lagi” tegas sang suster. Seperti tersambar petir rasanya
mendengar penjelasan tadi. Dengan jantung
yang berdegup kencang dan sangat kencang Kiki mulai mendatangi kamar nomor 5
tersebut. Kiki pun mencoba melihat dibalik pintu dengan tubuh yang lemas.
Dilihatnya seorang laki-laki yang terbujur diatas tempat tidur dengan muka
pucat dan dipasangi selang-selang oksigen untuk membantu pernafasannya. Di
sampingnya ada seorang laki-laki yang sedang menjaga dan seorang perempuan
berjilbab yang sedang merapikan selimut yang sedang dipakai laki-laki yang
sakit itu. “Ivan!” ucap Kiki dalam hati, hanya kesedihan yang dapat Kiki
rasakan melihat orang yang dicintainya terbujur sakit tak berdaya.
Namanya Ivan, seorang laki-laki
yang amat Kiki cintai dan rindukan. Ivan mempunyai ruang tersendiri dihati
Kiki. Dulu sempat mereka merajut kasih bahkan sangat serius, tapi akhirnya
kandas karena kesalahan fatal yang dilakukan Kiki dan akhirnya mereka berpisah
walau sebenarnya Kiki sangat berat melepasnya. Kiki tak ingin memaksanya karena
Kiki tau bahwa Ivan sudah tak mencintainya dan tak bahagia bersamanya. Dan
akhirnya tahun demi tahun tlah terlewati tanpa bertemu muka tanpa komunikasi
dan tak tahu apa yang sudah terjadi sekian tahun lamanya.
Kiki tak bisa melihat Ivan dari
dekat karena takut ketahuan keluarga Ivan. Yang sedang menjaga Ivan itu adalah
kakaknya namanya Fendy dan perempuan disamping kak Fendy itu bernama kak Sari
yang setelah diketahui ternyata mereka berdua sudah menikah. Kiki tak bisa
menjenguknya atau sekedar membawakan makanan untuk Ivan karena Kiki tau Ivan
masih sangat membencinya. Tak tahan melihat orang yang disayanginya lemah tak
berdaya, Kiki jatuh dikursi tunggu dekat kamar Ivan dirawat. Jilbab yang
dikenakan Kiki sudah basah terkena airmatanya yang berlinangan. Tiba-tiba ada
seorang suster yang mendatangi Kiki dan menyodorkan tisu untuknya. “Ini mbak,
mbak kenapa?” tanya suster tersebut. “Terimakasih sus, saya sedang sedih
melihat teman saya sakit” jawab Kiki sembari mengusap airmatanya dengan tisu
yang diberikan sang suster. “Oh pasien yang bernama Ivan itu? Kasian orang itu
sakitnya sudah kritis tapi dia belum juga mendapat donor ginjal” kata Suster.
Ya, mendengar kata-kata suster tersebut rasanya Kiki mendapat jalan terang.
Keesokan paginya Kiki datang
kembali untuk bertemu Dokter yang merawat Ivan. “Dok saya mau mendonorkan
ginjal saya untuk pasien yang dirawat di Ruang
Teratai nomor 5 dok” kata Kiki menjelaskan maksud kedatangannya. “Maaf,
tapi tak semudah itu anda mendonorkan ginjal anda,karena harus dilalui
pemeriksaan dahulu, apakah ginjal anda cocok dengan ginjal pasien tersebut”
sahut dokter. “Baik dok, segera periksa saya” tegas Kiki. Dan setelah menjalani
pemeriksaan akhirnya hasilnya menyatakan ginjal Kiki cocok dengan ginjal Ivan.
Kiki merasa sangat senang dan mulai menyiapkan dirinya untuk operasi nanti.
Dokter pun segera memberitahu kabar baik ini kepada keluarga Ivan tentunya
dengan merahasiakan identitas si pendonor. Operasi pun segera dipersiapkan agar
Ivan segera sembuh dari penyakitnya.
Operasi berhasil dan Kiki sangat
senang karena Ivan akan sembuh. Kiki hanya bisa melihat keadaan Ivan dari balik
pintu kamar Ivan. Kiki dapat melihatnya sewaktu-waktu karena Kiki juga harus
dirawat setelah operasi itu. Hari demi hari dilalui dan tiba saatnya untuk
keluar dari rumah ssakit karena keadaan Ivan sudah membaik, begitu juga dengan
Kiki. Kiki juga keluar dari rumah sakit dan memulai rutinitasnya lagi sebagai
karyawati di Bank swasta tersebut.
“Kiki!!!, tolong .....tolong....”
teriak salah satu teman kos Kiki. Kiki sudah tergeletak di lantai dekat kamar
mandi. Segera Kiki dibawa ke dokter, dan menjalani sekian rumit pemeriksaan.
Setelah Kiki sadar, dokterpun memberitahu apa yang terjadi dengan Kiki.
Ternyata Kiki mempunyai masalah di ginjalnya, ada kerusakan diginjalnya karena
pemakaian obat yang berlebihan. Memang Kiki sering meminum obat untuk
menghilangkan rasa sakit kepalanya. Dan sekarang masalahnya ginjal Kiki hanya
satu karena ginjal yang satunya Kiki donorkan kepada Ivan. Dokter berkata heran
karena tak seharusnya Kiki diperbolehkan oleh dokter yang merawatnya dulu untuk
mendonorkan ginjalnya. Kiki pasrah dengan keadaan ini dan mendatangi rumah
sakit tempat Kiki mendonor dulu dengan saran oleh dokter untuk mengecek
pemeriksaan yang dulu.
Setelah menanyakan perihal
ginjalnya pada sang dokter yang menanganinya dulu, diketahui lah kesalahan yang
terjadi karena kelalaian suster yang memberikan surat pemeriksaan tersebut.
Kiki tak mau mempermasalahkan hal ini karena yang terpenting adalah kesehatan
Ivan orang yang dicintainya. Karena kata dokter keadaanya sudah parah, dokter
meminta Kiki dirawat disana. Hari berganti hari dilewati Kiki di rumah sakit,
Kiki pasrah dengan keadaannya karena sampai saat ini belum ada donor untuknya.
“Aduh, maaf mas saya kurang
hati-hati” kata Kiki setelah menabrak seorang laki-laki. Kiki tersentak kaget
melihat orang tersebut dan berpura-pura tidak tahu. “Sepertinya saya pernah
bertemu dengan anda tapi dimana ya..emmm” sahut laki-laki tersebut. Kiki segera
berlalu meninggalkan laki-laki tersebut agar tak diketahui identitasnya.
Seorang suster mendatangi laki-laki tersebut, “mari mas, disana tempatnya”. Laki-laki
pun itu bertanya dengan penasaran “apa suster tahu siapa pasien yang saya
tabrak tadi?”. “oh saya tidak begitu tahu siapa namanya yang saya tahu nona itu
sudah dirawat disini sekita 1 bulan karena sakit ginjal yang dideritanya” jawab
sang suster.
Laki-laki itu pun semakin
penasaran dengan Kiki seperti mengenalnya tapi siapa dan dimana. Kiki pun
merasa takut diketahui oleh laki-laki tersebut. Laki-laki tersebut adalah Fendy,
kakak Ivan yang datang ke rumah sakit tersebut untuk mengambil hasil pemeriksaan
adiknya kemarin. Fendy pun semakin penasaran dan keesokan harinya kak Fendy
mulai mencari tahu siapa gadis yang dia tabrak kemarin. Dan akhirnya terbongkar
sudah, Fendy akhirnya mengetahui siapa gadis yang dia tabrak dan mengingatnya.
“tok tok tok” suara pintu
diketuk. “silahkan masuk sus” kata Kiki. Kiki tersentak kaget ternyata orang
yang mengetuk pintunya itu adalah Fendy bukan suster yang biasa memeriksanya
tiap pagi. Dan mereka saling berbicara menanyakan keadaan dan ini itu. Setelah
tau keadaan Kiki, Fendy merasa iba karena Kiki tak punya siapa-siapa yang
merawatnya. Tiap pagi dan sore hari Fendy selalu menjenguk Kiki dan istrinya
Sari juga ikut, malah kadang Sari menginap untuk menemani Kiki. Kiki merasa
senang tapi juga tidak enak karena merepotkan mereka.
“Kasihan ya gadis itu, sampai
sekarang belum ada donor” salah satu suster menggosip dengan temannya. “Salah
sendiri gadis itu malah mendonorkan ginjalnya sama pasien diteratai no 5 dulu
itu, eh sekarang malah gadis itu yang harus menanti ajalnya” timpal suster yang
lain. “Huss jangan ngomong gitu ah,kita berdoa saja semoga gadis itu cepat
mendapatkan donor” sahut suster berwajah manis. Tak sengaja Fendy mendengar
kalimat-kalimat yang dilontarkan suster-suster tersebut. Setelah didesak-desak
oleh fendy,suster-suster itupun akhirnya mengatakan yang sebenarnya bahwa Kiki
adalah pendonor ginjal adiknya.
Seperti biasa pagi-pagi Fendy dan
Sari mmenjenguk Kiki dikamarnya. Kiki sedang berbaring sambil menahan sakit,
wajahnya pucat dan keadaannya semakin kritis. Fendy dan Sari mulai bertanya
pada Kiki tentang donor itu. Awal mulanya Kiki tak mengaku tapi karena desakan
Fendy akhirnya Kiki mengaku juga. Fendy kecewa karena Kiki menyembunyikannya,
harusnya dia tahu dari awal jadi Kiki tak akan menderita seperti ini. “Kiki
iklas kak, Kiki ingin Ivan sembuh dan hidup bahagia” kata Kiki lirih. “Tapi
mengapa kamu harus mengorbankan hidupmu Ki, pokoknya kakak harus kasih tau Ivan
biar dia kesini” kata Fendy dengan marah. “Jangan kak, jangan sampai Ivan tau,
biarlah seperti ini kak, Kiki mohon...”rengek Kiki.
“Mobil Kakak dibengkel, kakak
pinjem mobil kamu dulu” kata Fendy pada Ivan. “hhhhh,, naik taxi kenapa, aku
ada janji sama pacarku nanti dia marah kak” tolak Ivan. “Ini darurat, pokoknya
kakak pake mobil ini, setuju atau kamu akan menyesal nantinya” sahut Fendy
dengan kesal dan berlalu meninggalkan Ivan. Ivan penasaran maksud dari
perkataan kakaknya itu apa. Diikutinya Fendy dari belakang melaju dengan taxi
yang distopnya tadi. Ivan merasa heran dan bertanya-tanya kakaknya sakit apa
karena kakaknya ada dirumh sakit. Dilihatnya kakaknya dan kakak iparnya masuk
kedalam salah satu kamar di rumah sakit. “Siapa yang sakit ka?” tanya Ivan.
Fendy dan Sari kaget melihat Ivan yang ternyata mengikuti mereka. Lebih
kagetnya lagi Ivan melihat seorang gadis yang berbaring ditempat tidur dengan
selang oksigen dan gadis itu adalah
Kiki, gadis yang dia benci dan sempat dia cintai sebelumnya.
Fendy segera menarik lengan
adiknya keluar kamar agar tak mengganggu Kiki. Akhirnya Fendy menjelaskan apa
yang terjadi dan juga menjelaskan tentang donor itu. Tersungkur tubuh Ivan ke
lantai tak percaya dengan apa yang didengarnya. “Gak gak mungkin, itu cuma
siasat dia aja supaya aku mau mencintainya lagi kak dan mau menikahinya” elak
Ivan. “Sebegitu sempitnya pikiranmu???haa?? ingat van jangan menyesalinya saat
dia tidak ada” sahut Fendy dengan luapan kemarahan sembari meninggalkan Ivan.
Di rumah orang tua Ivan semua
keluarga berkumpul. “Van, kamu gak jenguk Kiki di rumah sakit? Kasian dia udah
kritis” tanya Sari. “Ah buat apa dia itu cuma pengen jerat aku aja ka supaya
bisa cinta lagi sama dia, aku gak mau” tolak Ivan. “Astagfirullah van
tega-teganya kamu berbicara seperti itu. Asal kamu tau dia korbankan perasaan
dan tubuhnya hanya untukmu supaya kamu sehat dan bisa menjalani hari-harimu
dengan bahagia, ingat van jangan menyesal nanti kalau dia sudah gak ada lagi”
ujar Sari. Di kamarnya Ivan membuka laptop dan tak sengaja melihat foto-foto sewaktu
masih berdua dengan Kiki, tiba-tiba airmatanya menetes sembari mengingat-ingat
kata-kata kakak iparnya tadi. Ivan menyesali apa yang dia katakan dan dia
berjanji untuk memperbaiki semua kesalahannya.
“Ki, bangun, makan ya aku suapin”
ucap Ivan membangunkan Kiki yang masih tertidur. “Ivan? Kamu?”Kiki bingung
bercampur kaget. “sssttttt udah jangan pikirin apa-apa dulu, ini kamu makan
dulu supaya cepet sembuh ya” kata Ivan sambil menyuapi Kiki. Ivan merasa sangat
kasihan pada Kiki yang dulu dia kenal gemuk sekarang badanya menjadi kurus dan
pucat. Setelah kejadian itu Ivan setiap hari mengunjungi Kiki dan menemaninya,
tentu saja itu membuat Kiki sangat bahagia disisa akhir hidupnya.
Malam pun tiba, “Van, makasih ya
udah mau nemenin aku selama ini, makasih udah membahagiakan aku” kata Kiki
dengan menahan airmatanya yang ingin keluar. “Kamu itu ngomong apa, aku seneng
kog nemenin kamu, emmm aku ingin menikahimu apa kamu bersedia menjadi istriku”
tanya Ivan. “Apa? Kamu gak salah ngomong seperti itu? Aku sakit van dan aku gak
tau kapan aku dipanggil sama Allah” jawab Kiki kaget. “Sssttttt aku gak akan
biarin kamu pergi, aku gak akan lepasin kamu, aku berjanji akan mencintai dan
membahagiakanmu” tegas Ivan. “Makasih van atas tawaran kamu, hal itu gak perlu
kamu lakukan hanya karena kamu ingin membalas budi padaku, aku ikhlas van”
jawab Kiki meyakinkan Ivan. “Aku menikahimu bukan karena balas budi atau
tanggungjawab tapi aku mencintaimu dan ingin membahagiakanmu, tolong terima
aku” ucap Ivan seraya memohon. “Kamu yakin? Baik aku bersedia, terimakasih
van”jawab Kiki dengan senang.
Dengan tubuh masih berbaring
Kikipun tampak cantik dengan jilbab putihnya, dan di situ juga sudah banyak
suster dan dokter yang menyaksikannya. Menyaksikan pernikahan yang Kiki
idam-idamkan dari dulu tentu saja dengan orang yang dicintainya. Ivan terlihat
sangat rapi memakai jas hitam, begitu juga kakak-kakaknya yang menjadi saksi
untuk pernikahannya. Meskipun bertempat dirumah sakit dengan kondisi Kiki yang
kritis, pernikahan berlangsung khusuk. Suster-suster dan dokterpun menangis
terharu menyaksikan pernikahan ini.
Setelah menjalani pernikahan yang
membahagiakan, malam harinya Ivan berjalan-jalan ditaman rumahsakit yang
terbilang luas dengan Kiki. Dengan kursi roda Kiki melewati taman yang berhias
langit malam berbintang yang sangat indah dimalam itu. Mereka berdua berhenti
di kursi taman, Ivan menggendong Kiki dan mendudukannya disana. Ivan memeluk
Kiki dengan erat karena Kiki kedinginan, mereka berdua sangat bahagia di malam
itu. “Pah, malam ini langit indah ya, banyak bintang, bulannya juga bagus
banget, mamah seneng banget” ucap Kiki sumringah. “Huum, bagus, mah,,, liat
bintang yang disana ada sepasang, itu mamah sama papah yang gak akan
terpisahkan” ucap Ivan sambil memperat pelukannya. “Iya pah, tapi kalau ada
salah satu dari dua bintang itu yang jatuh, kasian bintang yang satu pah” ujar
Kiki menjelaskan. “Ihhh mamah ada-ada aja, bintang itu gak akan berpisah karena
bintang itu adalah kita berdua..”tegas Ivan sembari tertawa kecil untuk
menghibur Kiki. “Pah selalu cintai mamah ya, kalau mamah dipanggil sama Allah,
papah janji ya akan mencintai mamah terus, kalau hujan datang itu artinya mamah
merindukan papah, mamah sayang papah........” kata Kiki yang semakin lama
suaranya semakin lirih dan hilang. “Ssssttt mamah gak boleh ngomong gitu, papah
janji akan slalu disamping mamah dan mencintai mamah, tapi mamah janji ya
jangan tinggalin papah? tanya Ivan sambil membelai rambut Kiki. “Mah???” tanya
Ivan berulang-ulang. Inalilahi wainalilahi roji`un, Kiki telah berpulang dan
menghadap Yang Maha Kuasa. “Mamah............jangan tinggalin papah” teriak
Ivan dengan kerasnya. Dan malam itu juga hujan turun membahasahi
mereka.........
Dan akhirnya Kiki sudah
berbahagia disana karena Ivan telah mencintainya, begitu juga Ivan yang slalu
mengenang dan mencintai almarhumah istrinya.....
SEKIAN
2 komentar:
Ya Allah..
ceritanya haru banget..
sangat sangat haruu biruu
sumpek ceritanya bkin sedih+haru bangetz.... ceritanya baguss ^_____^ eh salam kenal ya n kunjung balik ya http://rumahmoon-1991.blogspot.com ^^
Posting Komentar