Kamis, 08 Desember 2011

STORY 2



CINTAI AKU DI UJUNG USIAKU....
Hari beranjak malam, langit diselimuti awan hitam dan hujan pun membasahi dedaunan. “Langit ini semendung hatiku” ucap Kiki dalam hati. Kiki adalah seorang gadis berumur 25 tahun, dengan mata sipit, pipi cubby, dan wajah sendu. Kiki seorang karyawati disalah satu bank swasta di Semarang, masih single dan berobsesi mengadopsi anak laki-laki untuk menemani hari-harinya yang sendiri. Kiki tinggal disebuah kos yang tak jauh dari tempatnya bekerja bersama sahabatnya yang baru dikenalnya sewaktu bekerja di kota itu.
“tut tut tut tut” dering ponselnya pertanda ada sms masuk. “Assalamualaikum Ki, ada kabar yang kurang enak, Kiki yang tabah ya” tulisan sms yang masuk dari Maya sahabat karibnya yang Kiki kenal lewat YM. Kiki pun tersentak kaget dan mulai membalas sms dari sahabatnya tersebut. Airmata Kiki akhirnya mulai menetes karena sudah tak sanggup menahan diri di bola-bola mata Kiki yang sempit itu. “Astagfirullah, tidak mungkin ya Allah” jerit Kiki seolah tak percaya dengan apa yang didengarnya.
Dengan terhuyung-huyung dan perasaan tak menentu Kiki menghampiri reseptionis disalah satu Rumah Sakit di kota Madiun. “Maaf sus, apa disini ada pasien yang bernama Ivan?” tanya Kiki. Suster mulai mencari nama dibuku pasien, “Ada mbak,di kamar nomor 5 ruang Teratai” jawab sang suster. Sekali lagi Kiki tak percaya, tapi akhirnya suster meyakinkannya. “Pasien itu menderita ginjal, ada kerusakan disana dimana sudah tak berfungsi lagi” tegas sang suster. Seperti tersambar petir rasanya mendengar  penjelasan tadi. Dengan jantung yang berdegup kencang dan sangat kencang Kiki mulai mendatangi kamar nomor 5 tersebut. Kiki pun mencoba melihat dibalik pintu dengan tubuh yang lemas. Dilihatnya seorang laki-laki yang terbujur diatas tempat tidur dengan muka pucat dan dipasangi selang-selang oksigen untuk membantu pernafasannya. Di sampingnya ada seorang laki-laki yang sedang menjaga dan seorang perempuan berjilbab yang sedang merapikan selimut yang sedang dipakai laki-laki yang sakit itu. “Ivan!” ucap Kiki dalam hati, hanya kesedihan yang dapat Kiki rasakan melihat orang yang dicintainya terbujur sakit tak berdaya.
Namanya Ivan, seorang laki-laki yang amat Kiki cintai dan rindukan. Ivan mempunyai ruang tersendiri dihati Kiki. Dulu sempat mereka merajut kasih bahkan sangat serius, tapi akhirnya kandas karena kesalahan fatal yang dilakukan Kiki dan akhirnya mereka berpisah walau sebenarnya Kiki sangat berat melepasnya. Kiki tak ingin memaksanya karena Kiki tau bahwa Ivan sudah tak mencintainya dan tak bahagia bersamanya. Dan akhirnya tahun demi tahun tlah terlewati tanpa bertemu muka tanpa komunikasi dan tak tahu apa yang sudah terjadi sekian tahun lamanya.
Kiki tak bisa melihat Ivan dari dekat karena takut ketahuan keluarga Ivan. Yang sedang menjaga Ivan itu adalah kakaknya namanya Fendy dan perempuan disamping kak Fendy itu bernama kak Sari yang setelah diketahui ternyata mereka berdua sudah menikah. Kiki tak bisa menjenguknya atau sekedar membawakan makanan untuk Ivan karena Kiki tau Ivan masih sangat membencinya. Tak tahan melihat orang yang disayanginya lemah tak berdaya, Kiki jatuh dikursi tunggu dekat kamar Ivan dirawat. Jilbab yang dikenakan Kiki sudah basah terkena airmatanya yang berlinangan. Tiba-tiba ada seorang suster yang mendatangi Kiki dan menyodorkan tisu untuknya. “Ini mbak, mbak kenapa?” tanya suster tersebut. “Terimakasih sus, saya sedang sedih melihat teman saya sakit” jawab Kiki sembari mengusap airmatanya dengan tisu yang diberikan sang suster. “Oh pasien yang bernama Ivan itu? Kasian orang itu sakitnya sudah kritis tapi dia belum juga mendapat donor ginjal” kata Suster. Ya, mendengar kata-kata suster tersebut rasanya Kiki mendapat jalan terang.
Keesokan paginya Kiki datang kembali untuk bertemu Dokter yang merawat Ivan. “Dok saya mau mendonorkan ginjal saya untuk pasien yang dirawat di Ruang  Teratai nomor 5 dok” kata Kiki menjelaskan maksud kedatangannya. “Maaf, tapi tak semudah itu anda mendonorkan ginjal anda,karena harus dilalui pemeriksaan dahulu, apakah ginjal anda cocok dengan ginjal pasien tersebut” sahut dokter. “Baik dok, segera periksa saya” tegas Kiki. Dan setelah menjalani pemeriksaan akhirnya hasilnya menyatakan ginjal Kiki cocok dengan ginjal Ivan. Kiki merasa sangat senang dan mulai menyiapkan dirinya untuk operasi nanti. Dokter pun segera memberitahu kabar baik ini kepada keluarga Ivan tentunya dengan merahasiakan identitas si pendonor. Operasi pun segera dipersiapkan agar Ivan segera sembuh dari penyakitnya.
Operasi berhasil dan Kiki sangat senang karena Ivan akan sembuh. Kiki hanya bisa melihat keadaan Ivan dari balik pintu kamar Ivan. Kiki dapat melihatnya sewaktu-waktu karena Kiki juga harus dirawat setelah operasi itu. Hari demi hari dilalui dan tiba saatnya untuk keluar dari rumah ssakit karena keadaan Ivan sudah membaik, begitu juga dengan Kiki. Kiki juga keluar dari rumah sakit dan memulai rutinitasnya lagi sebagai karyawati di Bank swasta tersebut.
“Kiki!!!, tolong .....tolong....” teriak salah satu teman kos Kiki. Kiki sudah tergeletak di lantai dekat kamar mandi. Segera Kiki dibawa ke dokter, dan menjalani sekian rumit pemeriksaan. Setelah Kiki sadar, dokterpun memberitahu apa yang terjadi dengan Kiki. Ternyata Kiki mempunyai masalah di ginjalnya, ada kerusakan diginjalnya karena pemakaian obat yang berlebihan. Memang Kiki sering meminum obat untuk menghilangkan rasa sakit kepalanya. Dan sekarang masalahnya ginjal Kiki hanya satu karena ginjal yang satunya Kiki donorkan kepada Ivan. Dokter berkata heran karena tak seharusnya Kiki diperbolehkan oleh dokter yang merawatnya dulu untuk mendonorkan ginjalnya. Kiki pasrah dengan keadaan ini dan mendatangi rumah sakit tempat Kiki mendonor dulu dengan saran oleh dokter untuk mengecek pemeriksaan yang dulu.
Setelah menanyakan perihal ginjalnya pada sang dokter yang menanganinya dulu, diketahui lah kesalahan yang terjadi karena kelalaian suster yang memberikan surat pemeriksaan tersebut. Kiki tak mau mempermasalahkan hal ini karena yang terpenting adalah kesehatan Ivan orang yang dicintainya. Karena kata dokter keadaanya sudah parah, dokter meminta Kiki dirawat disana. Hari berganti hari dilewati Kiki di rumah sakit, Kiki pasrah dengan keadaannya karena sampai saat ini belum ada donor untuknya.
“Aduh, maaf mas saya kurang hati-hati” kata Kiki setelah menabrak seorang laki-laki. Kiki tersentak kaget melihat orang tersebut dan berpura-pura tidak tahu. “Sepertinya saya pernah bertemu dengan anda tapi dimana ya..emmm” sahut laki-laki tersebut. Kiki segera berlalu meninggalkan laki-laki tersebut agar tak diketahui identitasnya. Seorang suster mendatangi laki-laki tersebut, “mari mas, disana tempatnya”. Laki-laki pun itu bertanya dengan penasaran “apa suster tahu siapa pasien yang saya tabrak tadi?”. “oh saya tidak begitu tahu siapa namanya yang saya tahu nona itu sudah dirawat disini sekita 1 bulan karena sakit ginjal yang dideritanya” jawab sang suster.
Laki-laki itu pun semakin penasaran dengan Kiki seperti mengenalnya tapi siapa dan dimana. Kiki pun merasa takut diketahui oleh laki-laki tersebut. Laki-laki tersebut adalah Fendy, kakak Ivan yang datang ke rumah sakit tersebut untuk mengambil hasil pemeriksaan adiknya kemarin. Fendy pun semakin penasaran dan keesokan harinya kak Fendy mulai mencari tahu siapa gadis yang dia tabrak kemarin. Dan akhirnya terbongkar sudah, Fendy akhirnya mengetahui siapa gadis yang dia tabrak dan mengingatnya.
“tok tok tok” suara pintu diketuk. “silahkan masuk sus” kata Kiki. Kiki tersentak kaget ternyata orang yang mengetuk pintunya itu adalah Fendy bukan suster yang biasa memeriksanya tiap pagi. Dan mereka saling berbicara menanyakan keadaan dan ini itu. Setelah tau keadaan Kiki, Fendy merasa iba karena Kiki tak punya siapa-siapa yang merawatnya. Tiap pagi dan sore hari Fendy selalu menjenguk Kiki dan istrinya Sari juga ikut, malah kadang Sari menginap untuk menemani Kiki. Kiki merasa senang tapi juga tidak enak karena merepotkan mereka.
“Kasihan ya gadis itu, sampai sekarang belum ada donor” salah satu suster menggosip dengan temannya. “Salah sendiri gadis itu malah mendonorkan ginjalnya sama pasien diteratai no 5 dulu itu, eh sekarang malah gadis itu yang harus menanti ajalnya” timpal suster yang lain. “Huss jangan ngomong gitu ah,kita berdoa saja semoga gadis itu cepat mendapatkan donor” sahut suster berwajah manis. Tak sengaja Fendy mendengar kalimat-kalimat yang dilontarkan suster-suster tersebut. Setelah didesak-desak oleh fendy,suster-suster itupun akhirnya mengatakan yang sebenarnya bahwa Kiki adalah pendonor ginjal adiknya.
Seperti biasa pagi-pagi Fendy dan Sari mmenjenguk Kiki dikamarnya. Kiki sedang berbaring sambil menahan sakit, wajahnya pucat dan keadaannya semakin kritis. Fendy dan Sari mulai bertanya pada Kiki tentang donor itu. Awal mulanya Kiki tak mengaku tapi karena desakan Fendy akhirnya Kiki mengaku juga. Fendy kecewa karena Kiki menyembunyikannya, harusnya dia tahu dari awal jadi Kiki tak akan menderita seperti ini. “Kiki iklas kak, Kiki ingin Ivan sembuh dan hidup bahagia” kata Kiki lirih. “Tapi mengapa kamu harus mengorbankan hidupmu Ki, pokoknya kakak harus kasih tau Ivan biar dia kesini” kata Fendy dengan marah. “Jangan kak, jangan sampai Ivan tau, biarlah seperti ini kak, Kiki mohon...”rengek Kiki.
“Mobil Kakak dibengkel, kakak pinjem mobil kamu dulu” kata Fendy pada Ivan. “hhhhh,, naik taxi kenapa, aku ada janji sama pacarku nanti dia marah kak” tolak Ivan. “Ini darurat, pokoknya kakak pake mobil ini, setuju atau kamu akan menyesal nantinya” sahut Fendy dengan kesal dan berlalu meninggalkan Ivan. Ivan penasaran maksud dari perkataan kakaknya itu apa. Diikutinya Fendy dari belakang melaju dengan taxi yang distopnya tadi. Ivan merasa heran dan bertanya-tanya kakaknya sakit apa karena kakaknya ada dirumh sakit. Dilihatnya kakaknya dan kakak iparnya masuk kedalam salah satu kamar di rumah sakit. “Siapa yang sakit ka?” tanya Ivan. Fendy dan Sari kaget melihat Ivan yang ternyata mengikuti mereka. Lebih kagetnya lagi Ivan melihat seorang gadis yang berbaring ditempat tidur dengan selang oksigen dan gadis  itu adalah Kiki, gadis yang dia benci dan sempat dia cintai sebelumnya.
Fendy segera menarik lengan adiknya keluar kamar agar tak mengganggu Kiki. Akhirnya Fendy menjelaskan apa yang terjadi dan juga menjelaskan tentang donor itu. Tersungkur tubuh Ivan ke lantai tak percaya dengan apa yang didengarnya. “Gak gak mungkin, itu cuma siasat dia aja supaya aku mau mencintainya lagi kak dan mau menikahinya” elak Ivan. “Sebegitu sempitnya pikiranmu???haa?? ingat van jangan menyesalinya saat dia tidak ada” sahut Fendy dengan luapan kemarahan sembari meninggalkan Ivan.
Di rumah orang tua Ivan semua keluarga berkumpul. “Van, kamu gak jenguk Kiki di rumah sakit? Kasian dia udah kritis” tanya Sari. “Ah buat apa dia itu cuma pengen jerat aku aja ka supaya bisa cinta lagi sama dia, aku gak mau” tolak Ivan. “Astagfirullah van tega-teganya kamu berbicara seperti itu. Asal kamu tau dia korbankan perasaan dan tubuhnya hanya untukmu supaya kamu sehat dan bisa menjalani hari-harimu dengan bahagia, ingat van jangan menyesal nanti kalau dia sudah gak ada lagi” ujar Sari. Di kamarnya Ivan membuka laptop dan tak sengaja melihat foto-foto sewaktu masih berdua dengan Kiki, tiba-tiba airmatanya menetes sembari mengingat-ingat kata-kata kakak iparnya tadi. Ivan menyesali apa yang dia katakan dan dia berjanji untuk memperbaiki semua kesalahannya.
“Ki, bangun, makan ya aku suapin” ucap Ivan membangunkan Kiki yang masih tertidur. “Ivan? Kamu?”Kiki bingung bercampur kaget. “sssttttt udah jangan pikirin apa-apa dulu, ini kamu makan dulu supaya cepet sembuh ya” kata Ivan sambil menyuapi Kiki. Ivan merasa sangat kasihan pada Kiki yang dulu dia kenal gemuk sekarang badanya menjadi kurus dan pucat. Setelah kejadian itu Ivan setiap hari mengunjungi Kiki dan menemaninya, tentu saja itu membuat Kiki sangat bahagia disisa akhir hidupnya.
Malam pun tiba, “Van, makasih ya udah mau nemenin aku selama ini, makasih udah membahagiakan aku” kata Kiki dengan menahan airmatanya yang ingin keluar. “Kamu itu ngomong apa, aku seneng kog nemenin kamu, emmm aku ingin menikahimu apa kamu bersedia menjadi istriku” tanya Ivan. “Apa? Kamu gak salah ngomong seperti itu? Aku sakit van dan aku gak tau kapan aku dipanggil sama Allah” jawab Kiki kaget. “Sssttttt aku gak akan biarin kamu pergi, aku gak akan lepasin kamu, aku berjanji akan mencintai dan membahagiakanmu” tegas Ivan. “Makasih van atas tawaran kamu, hal itu gak perlu kamu lakukan hanya karena kamu ingin membalas budi padaku, aku ikhlas van” jawab Kiki meyakinkan Ivan. “Aku menikahimu bukan karena balas budi atau tanggungjawab tapi aku mencintaimu dan ingin membahagiakanmu, tolong terima aku” ucap Ivan seraya memohon. “Kamu yakin? Baik aku bersedia, terimakasih van”jawab Kiki dengan senang.
Dengan tubuh masih berbaring Kikipun tampak cantik dengan jilbab putihnya, dan di situ juga sudah banyak suster dan dokter yang menyaksikannya. Menyaksikan pernikahan yang Kiki idam-idamkan dari dulu tentu saja dengan orang yang dicintainya. Ivan terlihat sangat rapi memakai jas hitam, begitu juga kakak-kakaknya yang menjadi saksi untuk pernikahannya. Meskipun bertempat dirumah sakit dengan kondisi Kiki yang kritis, pernikahan berlangsung khusuk. Suster-suster dan dokterpun menangis terharu menyaksikan pernikahan ini.
Setelah menjalani pernikahan yang membahagiakan, malam harinya Ivan berjalan-jalan ditaman rumahsakit yang terbilang luas dengan Kiki. Dengan kursi roda Kiki melewati taman yang berhias langit malam berbintang yang sangat indah dimalam itu. Mereka berdua berhenti di kursi taman, Ivan menggendong Kiki dan mendudukannya disana. Ivan memeluk Kiki dengan erat karena Kiki kedinginan, mereka berdua sangat bahagia di malam itu. “Pah, malam ini langit indah ya, banyak bintang, bulannya juga bagus banget, mamah seneng banget” ucap Kiki sumringah. “Huum, bagus, mah,,, liat bintang yang disana ada sepasang, itu mamah sama papah yang gak akan terpisahkan” ucap Ivan sambil memperat pelukannya. “Iya pah, tapi kalau ada salah satu dari dua bintang itu yang jatuh, kasian bintang yang satu pah” ujar Kiki menjelaskan. “Ihhh mamah ada-ada aja, bintang itu gak akan berpisah karena bintang itu adalah kita berdua..”tegas Ivan sembari tertawa kecil untuk menghibur Kiki. “Pah selalu cintai mamah ya, kalau mamah dipanggil sama Allah, papah janji ya akan mencintai mamah terus, kalau hujan datang itu artinya mamah merindukan papah, mamah sayang papah........” kata Kiki yang semakin lama suaranya semakin lirih dan hilang. “Ssssttt mamah gak boleh ngomong gitu, papah janji akan slalu disamping mamah dan mencintai mamah, tapi mamah janji ya jangan tinggalin papah? tanya Ivan sambil membelai rambut Kiki. “Mah???” tanya Ivan berulang-ulang. Inalilahi wainalilahi roji`un, Kiki telah berpulang dan menghadap Yang Maha Kuasa. “Mamah............jangan tinggalin papah” teriak Ivan dengan kerasnya. Dan malam itu juga hujan turun membahasahi mereka.........
Dan akhirnya Kiki sudah berbahagia disana karena Ivan telah mencintainya, begitu juga Ivan yang slalu mengenang dan mencintai almarhumah istrinya.....
SEKIAN

2 komentar:

Nurmayanti Zain mengatakan...

Ya Allah..
ceritanya haru banget..
sangat sangat haruu biruu

My Diary Secret Number mengatakan...

sumpek ceritanya bkin sedih+haru bangetz.... ceritanya baguss ^_____^ eh salam kenal ya n kunjung balik ya http://rumahmoon-1991.blogspot.com ^^

Posting Komentar