Rabu, 22 Februari 2012

AKU DAN WAJAH ITU



Di sore itu, hujan seolah melambai-lambai memanggilku, sedikit berbisik memintaku tuk melihatnya sepertinya ia tau betul aku sedang lelah dan kesepian. Aku berjalan dengan lesu menuju kamarku untuk sekedar mengintip hujan dari jendela kamar. Entah mengapa waktu itu aku sangat lelah, aku mulai memainkan mp3 dengan lagu ballad yang tentu saja mewakili perasaanku. Kusandarkan tubuhku yang mulai tak bertenaga ini pada tembok sudut kamar yang letaknya berdekatan dengan jendela kamar agar aku dapat melihat hujan diluar. Hujan gerimis menghujamkan butiran air kecil dengan kecepatan lambat. Tapi lama kelamaan seolah butiran air itu menghilang sepertinya hujan akan segera berhenti. Aku akui udara siang itu sangatlah panas dan membuatku sedikit berkeringat, tapi saat hujan gerimis tiba secara otomatis menggantikan peran cuaca panas yang tadi sudah membuat gerah isi kepalaku.

 Sedikit bersedih saat kulihat hujan mulai menghilang di depan mataku, rupanya musik yang sedari tadi kuputar membuatku ingin merasakan butiran air jatuh tepat diatas kepalaku. Hawa sejuk dengan angin semilir beserta aroma air hujan ditambah alunan dentingan piano (only in dream) membawa perasaanku meliuk-liuk jauh diatas anganku. Mataku tertuju pada cermin di dekat jendela kamar seolah tak percaya cermin yang kupandangi sekarang tak sebening dulu. Sekilas wajah membuyarkan kekosonganku pada cermin itu. Saat kupandangi, wajah itu hanya tersenyum sembari mengajakku untuk sedikit menggerakkan bibirku. Wajah itu sepertinya ingin membuatku tersenyum, tapi mataku mewakiliku mengucapkan kata maaf padanya. Maaf karena tak bisa tersenyum seperti dulu, aku harap wajah itu mengerti.
Melihat wajah itu membuat perasaanku semakin tak karuan, menerbangkanku bersama puluhan kertas berisi cerita-cerita kebahagiaan masa silam. Aku merasa seperti kertas gambar dengan gambar-gambar indah yang pada akhirnya gambar itu dihapus begitu saja tanpa sisa tanpa coretan sedikitpun. Dentingan piano melarutkanku pada suasana dulu sebelum kertas-kertas dengan cerita kebahagiaan itu tersobek. Aku melihat bayangan diriku sendiri di cermin dengan kaos putih, merapikan rambut dan berdandan. “hah,, aku iri dengan bayanganku” bisikku dalam hati. Tiba-tiba aku lihat seraut wajah yang mengajakku tersenyum tadi mendatangani bayanganku dan meminta bayanganku untuk sedikit bergeser. Rupanya seraut wajah itu tak ingin ketinggalan untuk merapikan rambutnya. Tanpa sadar aku sedikit tertawa kecil melihat mereka. Mereka tampak serasi memakai kaos putih kembar, berlagak layaknya model didepan cermin. Saling tersenyum dan sepertinya sudah saatnya mereka pergi. Bayanganku dan wajah itu tiba-tiba meghilang dari lamunanku dan membuatku kembali merasa kesepian. Semilir angin kembali datang menerpaku dan bertanya “Sebegitu bahagianya dirimu dulu?”. “Apa yang terjadi dengan dirimu yang sekarang?”. Aku tak mampu menjawab yang kulakukan hanya sedikit memaksakan senyum sembari menahan tangis yang bercampur kerumitan yang sudah sangat sesak bersarang dikepalaku.
Tanpa kusadari tangisanku yang awalnya tak bersuara dan hanya mengeluarkan tetesan airmata tiba-tiba pecah tak tertahan, terisak-isak dengan suara yang membuat hujan kembali datang. Tampaknya hujan tak mau kalah denganku, langit mulai mengirimkan butiran air yang lebih besar dan tentu saja dengan kecepatan tinggi yang mampu menembus bumi. Aku dan hujan akhirnya saling berlomba untuk memecahkan kesunyian langit pada sore itu. Aku menangis dengan kerasnya begitu juga dengan hujan yang menemaniku menumpahkan kesedihan yang slalu saja menari-nari di atas kekalahanku. Ya kesedihan itu kini memperbudakku, menenggelamkan cita-cita, impian, serta harapanku, membunuh perasaan ceriaku dan menyembunyikan senyumku.
Aku hanya bisa berharap suatu hari nanti hujan datang untuk memberiku kabar bahagia serta mengajakku bernyanyi dan menari bersama seraut wajah itu seperti dulu.....bersama-sama untuk menggapai impian di atas awan..........

5 komentar:

Unknown mengatakan...

“Sebegitu bahagianya dirimu dulu?”. “Apa yang terjadi dengan dirimu yang sekarang?”

Do you know why snow is white? Because it forgot what colour it was. . .
jangan lupakan warna kebahaagiaanmu dulu hehe

Nurmayanti Zain mengatakan...

(">__<)> *maaf ry baru bisa datang sekarang, ngelihat ento di blog ry.. memang menggemaskan :)

ry... ry udah janji untuk kuat kan?

Unknown mengatakan...

sayam kenal.^^ dream

Risma Vidiani Shofiana mengatakan...

thanks for visiting my blog :)

Anonim mengatakan...

Sehat selalu, bahagia ya :)

Posting Komentar