Saat terbangun, aku berusaha memecah partikel-partikel dingin yang berhamburan bersama cahaya mentari pagi. Mataku seakan menarikku dari tempat peraduanku. Melirik sejenak barisan angka di sampingku, jari telunjukku pun mengikuti irama tangan dan tepat menunjuk salah satu angka diantara barisan angka yang berdiri tegak di depan mata. Angka 9 yang kini menjadi sasaran bidikan jariku. Yaaa, hari ini tanggal 9. Aku menghela nafas sejenak dan berharap semua ini hanyalah mimpi. Seolah membayangkan diri menjadi putri tidur yang harus segera dibangunkan dari tidur panjangnya.
Jarum jam mulai berputar
melintasi angka-angka disekelilingnya. Jam 9 pagi, jam 12 siang, jam 3 sore, jam
6 sore, jam 8 malam, jarum jam berlarian tanpa lelah dan tepat di angka 9 jarum
jam terhenti tuk bergegas memanggilku. Membuyarkan lamunanku ditengah kesendirian
malam. Aku berdiri, mengambil sebuah lilin dan berjalan menuju istana tidurku
yang dulu. Ku tutup pintu istana dan mulai menyusuri alunan kenangan yang tlah
hilang.
Nyala lilin mulai menghiasi
pandangan mataku. Ku tundukan kepala dan mulai berpetualang dalam anganku
berusaha mencari senyum yang kini tak kudapati lagi di kala bertatap dengan
cermin.
Saat membuka mata, aku sadar tak
lagi bertempat di istanaku. Kini aku berada ditengah jalan, terlihat banyak
orang disekelilingku tapi mereka melakukan aktivitasnya dengan lambat lebih
tepatnya beradegan lambat. Aku berjalan sembari menggenggam setangkai bunga mawar
merah kering ditangan dan menyusuri jalan setapak demi setapak. Awan semakin
pekat saat aku mengadahkan kepalaku ke atas dan aku tetap berjalan. Aku menatap
kosong dengan denting langkah kaki yang gontai dan aku terus berjalan tanpa tau
sampai mana jalan itu berada pada kutubnya. Kuberanikan diri untuk memaksa
menolehkan kepalaku kesebelah kiri, terlihat sepasang sejoli bergandengan
tangan dengan senyum yang merekah sambil memperlihatkan tawa lepasnya. Lalu aku
berbalik dan mencoba melihat sisi kananku, terlihat dua orang yang sama sedang
memakai kalung berbentuk setengah hati dilehernya. Aku coba menelisik lebih jauh,
mengungkap segala perasaan kedalam sorot mata keduanya.
Brukkk..., ada yang menembusku,
lagi-lagi dua orang yang tadi aku lihat. Mereka menaiki motor dan menembusku,
seolah-olah mereka tak melihatku. Aku baru tersadar ternyata tak ada yang bisa
melihatku, aku berada didimensi waktu lain. Aku mencoba mengejar mereka dengan
tenaga yang ku punya. Makin lama makin cepat dan tiba-tiba aku melihat kilauan
cahaya putih dibelakang badanku. Bulu-bulu putih menawan seperti sepasang sayap
sekarang menempel dipunggungku. Kucoba tuk mengepakkan sayap lebih keras,
hingga kakiku tak lagi menapak tanah. Sedikit demi sedikit aku mulai terbang
seirama dengan awan hitam yang menaungi kota yang tak asing bagiku. Aku terus
mengejar mereka dan akhirnya mereka berhenti ditengah persimpangan jalan sepi
yang tak ada habisnya itu. Aku terus menatap tajam-tajam apa yang mereka
lakukan.
Terlihat mereka turun dari
motornya lalu sang pria memberikan setangkai mawar merah kepada sang gadis.
Gadis itu terlihat sangat menyukainya, hingga aku dapat melihat pelangi di atas
kepalanya. Pria itu juga mengeluarkan boneka teddy bear bewarna biru dari tas
besarnya. Dan gadis itu meloncat dengan
girangnya, tersipu malu dengan senyum manis yang mengitari wajahnya. “Itu
senyumku!!!” ucapku lirih. Seakan aku menemukan senyum yang tlah lama hilang
dari wajah senduku. Aku dapat melihatnya, sorot mata sepasang sejoli itu dengan
jelas. Tapi kenapa aku melihat tetes air mata bercahaya putih jatuh dari bola
mata mereka. Aku masih berdiri terdiam berpikir apa yang sedang terjadi saat
ini. Mencoba menggali setiap keadaan yang sedang bermunculan di depanku.
Tes...tes...tes.., aku mulai merasakan tetesan air membasahi tubuhku. Ku intip keatas sesaat dan menyadari awan hitam mulai menghujamkan butiran air yang kini menerpaku. Aku mencoba melindungi bunga mawar kering yang sedari tadi bermukim di gengaman tanganku. Butiran air besar memecahkan pandanganku seolah memperingatkanku tuk kembali memperhatikan sepasang sejoli itu. Mereka berdiri saling berhadapan dan saling bertatapan mengekspresikan kesedihan yang mereka rasakan melalui matanya. Aku rasakan betul mata mereka sedang berbicara, tapi aku tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Lagi-lagi aku masih melihat tetes airmata bercahaya keluar tanpa lelah dari bola mata mereka. Aku masih menunggu, terus melihat apa yang akan terjadi. Dari posisi berhadapan kini mereka mulai membelakangi satu sama lain dan berjalan menjauh dengan arah yang berlawanan. Mereka terus berjalan semakin menjauh dari titik persimpangan jalan menuju kutub dunia. Gadis itu berjalan dengan tatapan kosong dan melepaskan boneka pemberian pria itu. Terus melangkah ke depan sambil membawa setangkai mawar, langkahnya tiba-tiba berhenti. Gadis itu memberanikan diri menengok kebelakang terlihat pria itu terus berjalan menjauhinya dan melihat boneka yang ia lepaskan basah terkena air hujan. Aku bingung melihat keduanya, “Apa yang harus aku lakukan?” gumamku. Kuputuskan tuk mengejar gadis itu dan tanpa sengaja aku menabrak tubuhnya tapi anehnya ia tak menembusku. “Apa yang terjadi?” pikirku. Aku kini berada di dalam tubuh gadis itu. Tanganku mengenggam setangkai mawar merah yang layu karena tetes air hujan. Kakiku seolah mengajakku tuk terus berjalan menembusi dimensi waktu. Dan pada pemberhentian jalan aku melihat cahaya putih yang menyilaukan mata.
Tes...tes...tes.., aku mulai merasakan tetesan air membasahi tubuhku. Ku intip keatas sesaat dan menyadari awan hitam mulai menghujamkan butiran air yang kini menerpaku. Aku mencoba melindungi bunga mawar kering yang sedari tadi bermukim di gengaman tanganku. Butiran air besar memecahkan pandanganku seolah memperingatkanku tuk kembali memperhatikan sepasang sejoli itu. Mereka berdiri saling berhadapan dan saling bertatapan mengekspresikan kesedihan yang mereka rasakan melalui matanya. Aku rasakan betul mata mereka sedang berbicara, tapi aku tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Lagi-lagi aku masih melihat tetes airmata bercahaya keluar tanpa lelah dari bola mata mereka. Aku masih menunggu, terus melihat apa yang akan terjadi. Dari posisi berhadapan kini mereka mulai membelakangi satu sama lain dan berjalan menjauh dengan arah yang berlawanan. Mereka terus berjalan semakin menjauh dari titik persimpangan jalan menuju kutub dunia. Gadis itu berjalan dengan tatapan kosong dan melepaskan boneka pemberian pria itu. Terus melangkah ke depan sambil membawa setangkai mawar, langkahnya tiba-tiba berhenti. Gadis itu memberanikan diri menengok kebelakang terlihat pria itu terus berjalan menjauhinya dan melihat boneka yang ia lepaskan basah terkena air hujan. Aku bingung melihat keduanya, “Apa yang harus aku lakukan?” gumamku. Kuputuskan tuk mengejar gadis itu dan tanpa sengaja aku menabrak tubuhnya tapi anehnya ia tak menembusku. “Apa yang terjadi?” pikirku. Aku kini berada di dalam tubuh gadis itu. Tanganku mengenggam setangkai mawar merah yang layu karena tetes air hujan. Kakiku seolah mengajakku tuk terus berjalan menembusi dimensi waktu. Dan pada pemberhentian jalan aku melihat cahaya putih yang menyilaukan mata.
Aku terperanjat dan saat mata
lelahku terbuka aku mulai tersadar sudah kembali berada di istana tidurku.
Cahaya lilin yang tersapu angin dan rintihan air hujan memecahkan petualangan
dimensi waktuku. Tapi anehnya aku masih merasakan setangkai bunga mawar di gengaman
tanganku. Tanganku yang kini kupakai tuk memegang wajahku, tepat kuletakkan dibawah
mataku. Berharap tetes airmata tak meloncat keluar dari bola mataku. Tapi harapan
itu sirna ketika kenangan itu kembali melintas. Satu tetes, dua tetes, tiga
tetes keluar dari sarangnya menuruni pipiku.
Disela-sela kehampaan, aku berdoa
mengucap terimakasih pada Sang Pencipta dan seseorang yang slalu bersemayam
dalam hatiku yang hingga saat ini masih kucari di setiap pecahan kenangan yang
tersisa. Aku hanya mampu bertahan melawan waktu dengan keabadian cinta yang
masih kugenggam erat-erat. Tak tahu sampai kapan akan terus berlari menggapai
misteri di tanggal 9. Slalu berharap pria di dimensi waktuku itu akan slalu berbahagia
walau aku tak bisa berbahagia seperti dirinya.
Mencoba menyelami keinginannya
yang memintaku tuk kembali di waktu sebelum kami bertemu.
Dan disaat waktu harus mempertemukanku
dengannya, aku hanya bisa bertanya
“KAU SIAPA?”,
“APA KAU MENGENALKU?” ,
“APA KITA PERNAH BERTEMU
SEBELUMNYA?”
8 komentar:
butterfly effect
kaoryku...
waktu tak bisa diputar
waktu tak bisa mengembalikan kaory ke masa sebelum berjumpa dengannya
~tapi
waktu bisa membuat kaory tumbuh dan berkembang lebih bijaksana
*ayolah kaoryku, you can deal with it!
I'm here beside you <3 you're not alone
together we stand (^o^)/
aku nggak jamin bisa menyelesaikan setiap masalah ry tapi setidaknya aku akan ada di sisi ry ketika masalah itu datang
yasudah kita kenalan :p. . .
a part of memory. . .menarik
lalu itu. . .picture malioboro bukan?? cantik sekali lampu2 malamnya memang. . .
@nurma : hihihi, sindrom khayal kini tlah merasuk (╯︵╰,)
itu yang (ia) inginkan nur, kembali ke masa lalu dan seolah tak pnh brtemu dengannya (-'_'-)
yeyeyeyey bidadari mungil (╯▽╰)
untung ada nurma jadi isaaa plonggg huhu,,o(≧o≦)o
@kaito:
perkenalkan nama saia kaito... emg di indo ada nama kaito? :p
malioboro,,, memang indah tapi tak seindah kisahku (╥_╥) ----> haiyah malah curcol (¬_¬)
solo akan lebih menarik dengan kiat esemkanya :p
lalu nama apa yang ada di indo?? ahahaha
berlalu lah berlalu lah. . .dont be a part of memory. . .
ahahahahahaha setujuuuuuuuu. . .^_____^ moga dapet komisi karena ikut mempromosikan
hmm....:)
sst...ngebahas blog nya jgn kenceng2 ada yg lagi ngerjain tugas tah.....wkwkwkkwk
waduw byk majas nya ya buw, ayo siapa yg tau majas apa???
klo gw kasih usul gmn,,biar ada unsur horor di mix ama funny gmn gto..... the title is " mistery on January 9th hiiiii..."
Malioboro..
Posting Komentar